dunia berkata

Senin, 21 Januari 2013

Cerpen Remaja 2013



TAK PUNYA BUKAN BERARTI TAK BISA
“Kenanglah Aku Hingga Nanti”
Di sebuah pelosok desa di Medan, Sumatera Utara. Pagi ini, seperti biasa Togar bekerja sebagai pengelap sepatu di trotoar jalan besar di dekat kampungnya. “ Ya Tuhan kenapa hari ini sepi sekali, sudah di Medan belum datang hujan. Bagaimana dengan orangtua dan adikku yang belum makan dari kemarin ?”. Dengan perasaan sedih dan kecewa Togar pulang dengan tangan hampa. “ Assallamuallaikum.” Salam Togar dengan kecewa, “wallaikumsalam” jawab ibu dan adik togar. “ maaf bu, hari ini pendapatan togar sepi tapi togar punya sebagian tabungan untuk kita beli makan sekali lagi maafkan Togar ya Bu, oh ya Bapak di mana bu kok dari tadi tidak muncul?”. “ tidak apa – apa anakku, ibu sangat bangga dengan usaha dan pengorbananmu kepada keluarga (dengan tersenyum). Iya tadi bapak kamu dengan temannya di tegalan sedang panen tebu hijau” sahut Ibu.
Kemudian Togar bergegas ke kamarnya untuk shalat dhuhur, di sela doannya, Togar memohon kepada Tuhan agar keluarganya selalu di berikan kemudahan dalam menjalani kehidupan dan kesabaran dalam menghadapi cobaan. Kemudian setelah shalat, dia ke kamar adiknya untuk mengajarinya matematika. Togar tahu bahwa dia adalah lulusan SMA walaupun sebenarnya dia bercita – cita ingin menjadi seorang Pengacara Profesional, ia paham bahwa semuanya tidak bisa di raih karena keterbatasan dana yang dimiliki. Apalagi Ia memiliki dua orang adik kembar bernama Pipit dan Tiara yang keduanya masih duduk di bangku kelas III SD. Setidaknya Togar masih hafal betul pelajaran yang pernah dipelajarinya di masa SD, SMP maupun SMA. Togar memang orang tak punya tapi dulu di sekolahnya dia tergolong murid yang pandai karena selalu meraih peringkat tiga besar dikelasnya. “ kak, tolong bantuin Pipit dan Tiara perhitungan perkalian dong ?” tanya Pipit kepada Kakaknya yang sedang mempersiapkan kertas kosong sebagai media pengajarannya. “ iya, sebisanya kakak ajarin sampai Pipit dan Tiara bisa, agar kelak nantinya bisa membuat bangga Ayah dan Ibu, dan jangan mengikuti jejak kakak putus sekolah ya”. “ iya kak, kami akan berusaha” jawab Pipit dan Tiara serempak. Di sela Togar sedang mengajari adik – adiknya tiba – tiba saja bapak datang dengan membawa beberapa buah tebu hijau segar dan beberapa uang lembar 5 ribu rupiah yang sangat berarti bagi keluarga Togar. Setelah itu, ibu, Togar dan adik – adiknya menghampiri bapak dan bersama – sama mengucap syukur kepada Tuhan telah diberikan rejeki yang tidak terduga, karena mendapatkan bonus berupa beberapa batang tebu yang akan dimanfaatkan Bapak untuk berjualan es tebu di halaman rumah. Namun kebahagiaan itu seketika berhenti karena Pipit dan Tiara menangis. “ Ada apa nak, bapaknya dapat rejeki kok nangis ? ini kan bisa di gunakan untuk kebutuhan makan kalian nantinya.” Tanya bapak bingung. “ a a nu pak, Pipit sama Tiara selalu di ejek teman – teman karena belum bayar uang SPP selama 4 bulan yang per bulannya harganya 75 ribu rupiah (dengan tersedu menangis)” gerutu Tiara. “ tenang aja dik, nanti kakak cari cara buat bantu ngelunasi uang SPP” sahut Togar.
Malam itu Togar termenung, Dia memikiran hal apa yang harus ia lakukan untuk membantu adik – adiknya melunasi uang SPP yang dihitung – hitung mencapai 600 ribu rupiah. Akhir – akhir ini jasanya membersihkan sepatu berkurang pelanggannya dan pendapatannya sehari – hari hanya cukup untuk makan. Tidak lama Togar pun mulai memejamkan mata, namun terasa tidurnya kurang nyenyak karena masih terbayang pekerjaan halal apa yang dengan mudah mendapatkan uang agar kedua adiknya tidak dikeluarkan dari sekolah.
Adzan shubuh telah berkumandang, Togar bangun dengan mengusap kedua matanya dengan tanganya, sebelum menuju ke kamar mandi Togar merapikan tempat tidur dan mempersiapkan semua peralatan pengelap sepatu. Di semua shalat yang dikerjakannya tidak lupa ia berdoa, semoga Tuhan mempermudah jalannya untuk menjalani kehidupan dan memperlancar rejekinya untuk membantu perekonomian keluarganya. Satu persatu embun menetes melalui daun yang hijau segar, udara dingin pun mulai berganti dengan udara pagi yang sedikit lebih hangat. Dengan di temani mentari pagi, waktu inilah Togar memulai petualangannya menjajahkan jasanya mengelap sepatu para pekerja yang sedang menunggu kendaraan umum di halte yang berada di dekat kampungnya. Langkah demi langkah Togar yakini dengan harapan ada orang yang memerlukan jasanya mengelap sepatu. Tiba – tiba, sebuah mobil BMW berwarna putih menghampirinya, keluarlah dari pintu mobil itu, seorang bapak – bapak dengan pakaian jas hitam yang sangat rapi dan ia memanggil Togar untuk membersihkan sepatunya. Togar pun sangat bersyukur dan semangat sekali. Orang tersebut memperkenalkan dirinya, dia adalah Pak Sitoha pemilik sebuah universitas swasta di Medan dan kebetulan dia juga dosen jurusan hukum di Medan kemudian bertanya kepada Togar mengapa ia tidak sekolah, kemudian Togar menceritakannya secara panjang lebar mengenai alasan ia putus sekolah. Togar juga bercerita mengenai cita – cita dia ingin menjadi pengacara. Tidak lama percakapan berlangsung Pak Sitoha menawarkan kepada Togar untuk kuliah di Universitasnya tersebut secara gratis asalkan Togar dapat meraih beasiswa. Togar pun dengan senang menerima tawaran tersebut.
Sesampainya di rumah Togar menyampaikan berita gembira tersebut kepada keluarganya. Dan memberikan penghasilan yang diberikan bonus oleh Pak Sitoha dan tabungannya yang dihitung – hitung cukup untuk membayar uang SPP Pipit dan Tiara. Tidak lupa keluarga tersebut mengucapkan syukur kepada Tuhan karena kebaikan yang di berikan – Nya kepada keluarga Togar. Togar pun sampai tidak bisa tidur kembali namun dia sangat senang karena doanya selama ini dikabulkan oleh Tuhan.
Keesokan harinya, udara masih berkabut Togar mempersiapkan alat tulis yang akan dibawanya ke Universitas nanti, maklum saja dia belum mengerti apa arti kuliah sebenarnya dia menganggap kuliah sama dengan sekolah yang lainnya. Dengan sepeda kebo yang diperolehnya dari pinjaman tetangga, ia mengayuh pedalnya dengan semangat dan percaya dia akan sukses menjadi pengacara yang handal. Di Universitas tersebut awalnya Togar masih merasa malu dan belum menunjukkan kepandaiannya seperti di masa SMA nya dulu. Waktu terus berlalu di sela – sela waktu libur Togar manfaatkan untuk bekerja seperti biasannya ia lakukan untuk menambah penghasilan keluarga dan sisanya ia gunakan untuk mengulang dan memperdalam pelajarannya di universitas.
Ulangan akhir telah menanti, Togar pun tak canggung mengerjakan soal – soal yang diberikan dosen kepadanya, karena dia telah belajar keras untuk meraih beasiswa agar kuliahnya ini di gratiskan oleh Pak Sitoha. Satu minggu berlalu, laporan kemudian di umumkan bahwa Togar mendapatkan nilai Ulangan tertinggi dan terbaik se - Universitas tersebut. Ini adalah awal yang baik bagi Togar untuk menunjukkan kepada orang – orang bahwa meskipun Togar adalah orang yang tidak punya dan hanya bisa berkuliah dengan kedermawanan seseorang dia adalah orang yang pandai dan bisa di andalkan. Setelah pengumuman itu Togar langsung mendapatkan beasiswa untuk bersekolah gratis sampai lulus S2 nanti. Sebelum pelajaran semester baru dimulai biasanya Togar habiskan untuk membaca buku di perpustakaan. Di tengah – tengah perjalanan tidak sengaja ia menabrak seorang wanita cantik yang bernama Ayudela Sitoha, anak dari Pak Sitoha, sampai – sampai Togar tidak bisa berkedip karena parasnya yang cantik dan baik. Ayudela adalah murid baru di Universitas ini karena pindah dari Australia karena tidak nyaman dengan kebudayaan yang di tetapkan di negara tersebut. Pak Sitoha memerintahkan Togar untuk mengajari beberapa materi dan bahasa Indonesia yang baik kepada Ayu.
Menurut Togar, Ayudela adalah orang yang baik, berbicara lantang dan pengertian juga tidak membedakan status sosial seperti orang – orang kebanyakan. Tanpa sepengetahuan Ayu, Togar menyimpan rasa kepadanya. Dia mengajak Ayu untuk berkunjung ke rumahnya. Dan memperkenalkannya kepada orang tuanya. Seiring dengan berjalannya waktu Togar semakin jatuh hati kepada Ayu. Dua bulan lagi adalah acara wisuda S2 yang akan dijalani oleh Togar dan Ayu. Pada acara tersebut Togar dinobatkan sebagai Wisudawan terbaik. Impian Togar menjadi pengacara terwujud, gelar sarjana telah diperolehnya. Atas rasa terimakasihnya kepada Tuhan Togar langsung bersujud syukur. Penghasilannya nanti ia gunakan untuk memperbarui rumahnya dan membiayai pendidikan kedua adiknya sampai kuliah dan lulus nantinya. Togar membangun toko sembako agar ayah dan ibunya tidak terlalu lelah dalam bekerja. Togar juga memohon doa restu untuk melamar Ayudela.
Sesampaianya di kediaman Ayudela, Togar juga meminta ijin kepada kedua orang tua Ayu untuk melamarnya karena rasa cintanya yang dipendam sejak Ayu pertama kali menjadi mahasiswa di Universitas yang telah membesarkan namanya. Kedua orang tua Ayu setuju dan Togar langsung berlari menuju halaman belakang tempat kesukaan Ayu menghabiskan hobinya melukis. Dengan beberapa tangkai bunga dengan sebuah kata – kata mutiara yang terlontar dari bibir Togar, Ayu pun langsung menerima lamaran tersebut. Pernikahan Togar diadakan dua tahun setelah itu. Hari demi hari telah dilalui keduanya, Togar merasa ada yang janggal atas perilaku Ayu dan kejadian – kejadian yang dialami oleh kekasihnya tersebut seperti pingsan dan sering mimisan di hidungnya. Togar berpikir apakah Ayu kelelahan karena banyak pesanan lukisan kepadanya. Karena rasa curiganya kepada Ayu, Togar menyuruhnya untuk memeriksakan diri ke dokter untuk memeriksa gejala apa yang dialami oleh Ayu. Kemudian dokter mendiagnosis bahwa Ayudela mengidap penyakit jantung. Keluarga Ayu dan keluarga Togar beserta Togar merasa sedih keadaan Ayu lambat laun semakin kritis hingga Ayudela harus di rawat inap di rumah sakit padahal dua hari lagi adalah hari pernikahan mereka.
Malam sangat hening ditambah hujan deras semakin membuat pandangan mata Togar yang sedang mengendarai mobil terganggu. Togar bermaksud untuk menjenguk kekasihnya dan memberikannya motivasi dan solusi agar membuatnya tetap semangat dalam menjalani kehidupan. Tiba – tiba saja di depan jalan raya terdapat pohon yang tumbang, seketika Togar kehilangan keseimbangan dan menabrak papan iklan, brakkkk Togar tak sadarkan diri dengan luka di pelipis yang cukup parah karena benturan tersebut. Tidak lama setelah itu hujan sedikit reda dan pengendara lain mencoba membawa Togar ke rumah sakit terdekat, rumah sakit dimana Ayudela di rawat.
Di kediaman Togar, foto Togar tiba – tiba terjatuh dan ibu Togar merasa tidak enak karena takut Togar terkena suatu kejadian atau masalah. Kemudian telepon berbunyi, yang berasal dari salah satu recepsionis yang mengabarkan bahwa Togar mengalami kecelakaan. Sekeluarga langsung menuju rumah sakit. Mereka berpapasan dengan keluarga Ayudela. Dan mereka bersama – sama menuju ruangan Togar di rawat. Togar terkulai tidak berdaya dengan infus yang menempel di tangannya. Togar mulai membukakan matanya dan berpesan seperti pesan terakhirnya kepada keluargnya, “ Pak, Bu dan kedua adikku tersayang jangan pernah putus untuk berusaha dan berdoa kepada Tuhan, dan ingatlah Togar selalu. Mungkin saja ini adalah hari terakhir Togar, Togar minta tolong untuk mendonorkan jantung Togar kepada Ayudela, itu adalah hadiah yang bisa Togar berikan kepada Ayu. Meskipun kami tidak bisa bersatu dalam ikatan pernikahan. Mungkin jantung Togar adalah ikatan yang selamanya menyatu dnegan Ayu. Pak, Bu dan adik – adikku, maafkan Togar yang selalu membuat kalian resah dan susah” Pesan Togar. Kemudian setelah mengatakan hal tersebut Togar tiba – tiba tak sadarkan diri, dan langsung dilarikan ke ruang operasi untuk mendapat pelayanan lebih lanjut, atas pesan Togar, Ayudela pun juga dibawa di ruang operasi. Keluarga Togar dan Ayudela pun hanya bisa pasrah dan menangis atas keikhlasan Togar dan rasa cintanya kepada Ayu.
***
Dua bulan berlalu, di sebuah pemakaman umum “ Togar, meskipun kamu sekarang di surga kamu tetap ada di hatiku. Terimakasih telah memberikan kehidupan kedua untukku. Aku sayang kamu, semoga nantinya kita dapat bersama – sama lagi.” ucap dela sembari menyebarkan bunga ke makam Togar. TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar